Awalnya Miskin, 10 Orang Ini Sukses Membangun Bisnis Dari Nol
Ada banyak request dari para pembaca untuk membuat
artikel yang berhubungan dengan bisnis, atau ‘membangun bisnis’. Saya
pribadi gemar menulis tentang topik ini karena memang saya juga
merupakan seorang pebisnis yang masih harus banyak belajar.
Tulisan di bawah ini berisi tentang kisah sepuluh orang yang mampu merubah hidupnya, dari yang tidak punya apa-apa sampai menjadi berlimpahan. Berawal miskin sampai menjadi sukses membangun bisnis dari nol. Semoga kisah mereka dapat memberi inspirasi dan pelajaran untuk kita dalam berbisnis.
10Sam Walton
Sam Walton adalah pendiri dari supermarket raksasa Walmart yang lahir di sebuah keluarga kurang berada. Sejak usia dini, Sam sudah bekerja untuk membantu memberi makan keluarganya. Pekerjaan yang telah Ia lakoni termasuk memerah susu sapi lalu mengantarkan susu yang sudah dimasukan dalam botol ke para pelanggan, pengantar koran, dan mencari calon pelanggan majalah. Pekerjaan ini mengasah kemampuan Sam untuk bernegosiasi yang pada akhirnya merupakan salah satu faktor kesuksesannya di kemudian hari.
Sam terus bekerja sampai dia beranjak remaja, bahkan saat di perguruan tinggi dia masih bekerja sebagai pramusaji. Akhirnya di tahun 1945, Sam membuka toko kelontong pertamanya dengan uang tabungan yang sudah Ia kumpulkan ditambah dengan pinjaman dari ayah mertuanya. Ternyata investasinya membuahkan hasil dikarenakan juga oleh bakat yang Sam punya.
Pelajaran: Asah bakat dari dini dan kerja keras. Anda takkan pernah tahu apa yang Anda lakukan sekarang dapat berguna di kemudian hari.
9Jan Koum
Jan Koum datang ke Amerika dari Ukraine saat dia baru berusia 16 tahun. Keluarganya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga mereka terpaksa hidup dari food stamps atau kupon makanan (program pemerintah) yang mereka kumpulkan dari jalanan. Saat itu Jan bekerja sebagai tukang bersih-bersih di toko swalayan.
Umur 18 tahun, Jan mulai tertarik dengan bahasa pemrograman dan berhasil diterima bekerja di Ernst & Young sebagai penguji keamanan. Setelah itu dia dipekerjakan oleh Yahoo selama sembilan tahun. Di tahun 2009, Jan membeli sebuah iPhone dan menyadari bahwa aplikasi smartphone akan booming dan jadi hal besar di kemudian hari. Maka dia dan temannya mulai membuat aplikasi WhatsApp yang akhirnya dibeli Facebook seharga Rp.252 triliun.
Pelajaran: Mempunyai keahlian itu vital. Dan harus selalu waspada akan hal-hal yang sedang atau akan berkembang.
8Michael Dell
Dari nama belakangnya Anda pasti sudah dapat menebak bahwa Michael Dell adalah pelopor dari perusahaan komputer Dell. Awalnya, Michael bekerja sebagai pencuci piring di sebuah rumah makan Chinese. Beberapa tahun setelahnya, dia menyaring data untuk menemukan pelanggan baru untuk koran Houston Post. Dari pekerjaan ini lah Michael mendapatkan modal untuk membeli tiga sistem komputer.
Pada masa itu, belum ada perusahaan yang menjual langsung sistem komputer kepada publik. Michael melihat kesempatan ini dan mulai membangun komputernya sendiri yang lalu Ia jual ke teman-temannya. sebenarnya ayah dan ibu Michael ingin anaknya belajar tentang obat-obatan, namun sejak kecil Michael memang sudah gemar dan tertarik akan bidang teknologi dan bisnis. Untung saja Michael mengikuti mimpinya karena terbukti perusahaan yang didirikan di kamar kosnya saat masih kuliah menjadi sangat sukses.
Pelajaran: Follow your passion and seize the opportunity.
7Kevin Plank
Kevin Plank adalah mantan pria bangkrut yang sering menumpang di rumah ibunya untuk makan. Kevin juga adalah objek lelucon teman-teman footballnya karena keringatnya selalu mengucur deras. Tak tahan dengan ejekan temannya, Kevin memutuskan untuk membuat baju olahraga yang dapat menyerap keringat. Dia meminjam modal dari bank untuk memulai usahanya.
Dengan kerja keras dan tekadnya, Ia berhasil mempopulerkan pakaian olahraganya yang bernama Under Armor. Kevin Plank sekarang memiliki kekayaan bersih mendekati $500 juta dolar atau Rp. 6,6 triliun.
Pelajaran: Kekuranganmu dapat menjadi kelebihanmu.
6Jacob Arabo
Jacob lahir di Uzbekistan dan pindah ke Amerika bersama keluarganya saat dia berumur 14 tahun. Keluarganya benar-benar tidak mempunyai apa-apa ketika sampai di Amerika, bahkan Jacob terpaksa keluar dari sekolah untuk bekerja menafkahi keluarganya. Di umur 16, Jacob mulai mengenal industri perhiasan dimana dia mulai mendesign dan menjual perhiasan buatannya sendiri.
Dua tahun setelahnya, dia sudah mempunyai lebih dari 10 orang karyawan. Karena ketekunan dan tekadnya, dia berhasil membuat nama untuk dirinya sendiri dan perusahaannya Jacob and Co. yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia, dengan daftar pelanggannya meliputi David Beckham sampai Jay-Z.
Pelajaran: Tekun dan punya determinasi.
5John Paul DeJoria
Di masa mudanya, John bekerja sebagai pengantar koran, petugas kebersihan dan sopir truk demi bisa makan. Di masa remajanya John juga terlibat dengan geng-geng jalanan Los Angeles. Bahkan John terpaksa harus tidur di mobilnya dan sempat dua kali menjadi tunawisma. Namun semua itu berubah ketika pada suatu hari saat dia sedang bekerja di perusahaan perawatan rambut, dia memutuskan untuk bermitra dengan salah satu penata rambut di perusahaan tersebut untuk membuat perusahaannya sendiri yang sekarang bernama Paul Mitchell.
Mereka berdua meminjam uang sebesar Rp.30 juta (setelah inflasi) dan mulai menjual produk shampoonya sendiri dari rumah ke rumah. Sekarang Paul Mitchell mendapatkan pendapat sebesar Rp. 13 triliun per tahunnya.
Pelajaran: Kadang perlu untuk bermitra dengan orang yang mempunyai visi yang sama. Percaya dengan produk Anda sendiri dan jangan takut untuk ditolak.
4Steve Jobs
Sosok di balik semua gadgets kesayangan Anda sekarang, kesuksesan Steve tidak datang dalam semalam. Bahkan masa lalunya cukup menyedihkan. Steve lahir tanpa orang tua, lalu dia diadopsi oleh sebuah keluarga yang kurang mampu. Steve tidak pernah menamatkan kuliahnya, namun sebisa mungkin Ia meraih pengetahuan sebanyak-banyaknya dari kelas yang Ia ikuti. Steve juga sering tidur di lantai kamar temannya, mengumpulkan botol Coca-Cola untuk ditukar dengan uang, dan makan gratis seminggu sekali di kuil lokal.
Pada tahun 1976, Steve memulai awal perusahaan Apple Computers dengan Steve Wolzniak di garasi orang tuanya. Meski tidak mempunyai uang, Steve punya visi dan ide inovatif untuk mengubah dunia. Steve adalah alasan utama perusahaan Apple begitu sukses saat ini.
Pelajaran: Visi dan Inovasi itu penting.
3Ashish Thakkar
Ashish Thakkar baru berusia 12 tahun ketika dia dan keluarganya berhasil melarikan diri dari genosida Rwanda yang terjadi di tahun 1994. Setelah berlindung bersama dengan 1200 orang lainnya di sebuah hotel, mereka akhirnya dapat terbang keluar dari negaranya menuju Uganda. Orang tua Ashish kehilangan semua harta yang mereka tabung selama puluhan tahun.
Di umur 15 tahun, Ashish mendapatkan keuntungan pertamanya saat dia berhasil menjual sebuah komputer ke keluarga temannya. Dia lalu meminjam uang dari bank untuk mengimpor floppy disks dan produk komputer lainnya dari Dubai. Inilah awal dari perusahaan Mara Group. Lama kelamaan Ia membuka kantor sendiri di Dubai dan menjual produknya ke perusahaan-perusahaan di seluruh Afrika. Sejak saat itu Mara Group terus bertumbuh dan sekarang bisnisnya merangkup instrastruktur telekomunikasi, kemasan, hotel, pusat konferensi dan pusat perbelanjaan, pabrik kertas, dan ribuan hektar tanah pertanian.
Ashish juga dikenal sebagai pemuda yang selalu ingin tahu dan belajar dari orang lain. Ia juga mendorong dirinya untuk berkembang dengan terus membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Sebagai contoh: Saat perusahaannya mampu menghasilkan 30 ton kardus sebulan, Ashish mengunjungi perusahaan lain yang mampu membuat 3000 ton kardus.
Pelajaran: Jangan sombong, terus belajar dari yang lain dan banyak bertanya.
2Francois Pinault
Pinault sekarang adalah konglomerat di bidang fashion, tetapi pada satu waktu, Ia harus berhenti sekolah karena tidak tahan dibully oleh teman-temannya yang mengejek kemiskinannya.
Sebagai seorang pengusaha, Pinault dikenal untuk nya taktik ‘predator’nya, yang meliputi membeli perusahaan-perusahaan kecil dengan harga yang murah ketika pasarnya sedang jatuh. Dia secara perlahan akhirnya memiliki rumah mode high-end nya sendiri termasuk Gucci, Stella McCartney, Alexander McQueen, dan Yves Saint Laurent.
Pelajaran: Dia yang tertawa belakangan biasanya lebih sukses.
1Rajkumar Gupta
Rajkumar Gupta adalah pendiri dari Mukti Group. Dia juga adalah perintis dan pembuat konsep untuk arsitektur modern Kolkata, alhasil meluncurkan apartemen huni pertamanya pada tahun 1984. Sejak saat itu Mukti Group tumbuh menjadi pemain kunci di Bengal, mempunyai banyak pusat hiburan dengan multipleks, hotel internasional, lounge, restoran dan banyak lagi.
Terlahir di keluarga miskin, Rajkumar berhasil mendapatkan pekerjaan full-time di perusahaan kecil dengan gaji Rp.150.000,-/bulan. Ia lalu pindah ke perusahaan lain dan bekerja disana selama 5-6 tahun, mulai dari dasar dan belajar trik dagang sampai akhirnya Rajkumar sanggup membuka bisnisnya sendiri.
Setelah itu, Rajkumar menyewa sebuah rumah kecil satu kamar dimana Ia dan keluarganya bisa tidur meski harus bersesak-sesakan. Namun hal ini tidak menghentikan dia untuk berbuat baik demi orang lain. Ia rajin menyumbang dan terlibat dalam kegiatan sosial. Karena ini namanya menjadi dikenal banyak orang sehingga mereka tahu bahwa Rajkumar adalah orang yang jujur. Dan ketika mereka mendengar bahwa Rajkumar sedang pitching bisnis, mereka tidak ragu-ragu untuk menanamkan investasi padanya.
Pelajaran: Manfaatkan waktu di pekerjaan Anda sekarang untuk belajar. Jangan takut untuk hidup susah pada awalnya, dan jangan segan untuk memberi apa yang Anda punya jika itu dapat membantu orang lain.
Tulisan di bawah ini berisi tentang kisah sepuluh orang yang mampu merubah hidupnya, dari yang tidak punya apa-apa sampai menjadi berlimpahan. Berawal miskin sampai menjadi sukses membangun bisnis dari nol. Semoga kisah mereka dapat memberi inspirasi dan pelajaran untuk kita dalam berbisnis.
10Sam Walton
Sam Walton adalah pendiri dari supermarket raksasa Walmart yang lahir di sebuah keluarga kurang berada. Sejak usia dini, Sam sudah bekerja untuk membantu memberi makan keluarganya. Pekerjaan yang telah Ia lakoni termasuk memerah susu sapi lalu mengantarkan susu yang sudah dimasukan dalam botol ke para pelanggan, pengantar koran, dan mencari calon pelanggan majalah. Pekerjaan ini mengasah kemampuan Sam untuk bernegosiasi yang pada akhirnya merupakan salah satu faktor kesuksesannya di kemudian hari.
Sam terus bekerja sampai dia beranjak remaja, bahkan saat di perguruan tinggi dia masih bekerja sebagai pramusaji. Akhirnya di tahun 1945, Sam membuka toko kelontong pertamanya dengan uang tabungan yang sudah Ia kumpulkan ditambah dengan pinjaman dari ayah mertuanya. Ternyata investasinya membuahkan hasil dikarenakan juga oleh bakat yang Sam punya.
Pelajaran: Asah bakat dari dini dan kerja keras. Anda takkan pernah tahu apa yang Anda lakukan sekarang dapat berguna di kemudian hari.
9Jan Koum
Jan Koum datang ke Amerika dari Ukraine saat dia baru berusia 16 tahun. Keluarganya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga mereka terpaksa hidup dari food stamps atau kupon makanan (program pemerintah) yang mereka kumpulkan dari jalanan. Saat itu Jan bekerja sebagai tukang bersih-bersih di toko swalayan.
Umur 18 tahun, Jan mulai tertarik dengan bahasa pemrograman dan berhasil diterima bekerja di Ernst & Young sebagai penguji keamanan. Setelah itu dia dipekerjakan oleh Yahoo selama sembilan tahun. Di tahun 2009, Jan membeli sebuah iPhone dan menyadari bahwa aplikasi smartphone akan booming dan jadi hal besar di kemudian hari. Maka dia dan temannya mulai membuat aplikasi WhatsApp yang akhirnya dibeli Facebook seharga Rp.252 triliun.
Pelajaran: Mempunyai keahlian itu vital. Dan harus selalu waspada akan hal-hal yang sedang atau akan berkembang.
8Michael Dell
Dari nama belakangnya Anda pasti sudah dapat menebak bahwa Michael Dell adalah pelopor dari perusahaan komputer Dell. Awalnya, Michael bekerja sebagai pencuci piring di sebuah rumah makan Chinese. Beberapa tahun setelahnya, dia menyaring data untuk menemukan pelanggan baru untuk koran Houston Post. Dari pekerjaan ini lah Michael mendapatkan modal untuk membeli tiga sistem komputer.
Pada masa itu, belum ada perusahaan yang menjual langsung sistem komputer kepada publik. Michael melihat kesempatan ini dan mulai membangun komputernya sendiri yang lalu Ia jual ke teman-temannya. sebenarnya ayah dan ibu Michael ingin anaknya belajar tentang obat-obatan, namun sejak kecil Michael memang sudah gemar dan tertarik akan bidang teknologi dan bisnis. Untung saja Michael mengikuti mimpinya karena terbukti perusahaan yang didirikan di kamar kosnya saat masih kuliah menjadi sangat sukses.
Pelajaran: Follow your passion and seize the opportunity.
7Kevin Plank
Kevin Plank adalah mantan pria bangkrut yang sering menumpang di rumah ibunya untuk makan. Kevin juga adalah objek lelucon teman-teman footballnya karena keringatnya selalu mengucur deras. Tak tahan dengan ejekan temannya, Kevin memutuskan untuk membuat baju olahraga yang dapat menyerap keringat. Dia meminjam modal dari bank untuk memulai usahanya.
Dengan kerja keras dan tekadnya, Ia berhasil mempopulerkan pakaian olahraganya yang bernama Under Armor. Kevin Plank sekarang memiliki kekayaan bersih mendekati $500 juta dolar atau Rp. 6,6 triliun.
Pelajaran: Kekuranganmu dapat menjadi kelebihanmu.
6Jacob Arabo
Jacob lahir di Uzbekistan dan pindah ke Amerika bersama keluarganya saat dia berumur 14 tahun. Keluarganya benar-benar tidak mempunyai apa-apa ketika sampai di Amerika, bahkan Jacob terpaksa keluar dari sekolah untuk bekerja menafkahi keluarganya. Di umur 16, Jacob mulai mengenal industri perhiasan dimana dia mulai mendesign dan menjual perhiasan buatannya sendiri.
Dua tahun setelahnya, dia sudah mempunyai lebih dari 10 orang karyawan. Karena ketekunan dan tekadnya, dia berhasil membuat nama untuk dirinya sendiri dan perusahaannya Jacob and Co. yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia, dengan daftar pelanggannya meliputi David Beckham sampai Jay-Z.
Pelajaran: Tekun dan punya determinasi.
5John Paul DeJoria
Di masa mudanya, John bekerja sebagai pengantar koran, petugas kebersihan dan sopir truk demi bisa makan. Di masa remajanya John juga terlibat dengan geng-geng jalanan Los Angeles. Bahkan John terpaksa harus tidur di mobilnya dan sempat dua kali menjadi tunawisma. Namun semua itu berubah ketika pada suatu hari saat dia sedang bekerja di perusahaan perawatan rambut, dia memutuskan untuk bermitra dengan salah satu penata rambut di perusahaan tersebut untuk membuat perusahaannya sendiri yang sekarang bernama Paul Mitchell.
Mereka berdua meminjam uang sebesar Rp.30 juta (setelah inflasi) dan mulai menjual produk shampoonya sendiri dari rumah ke rumah. Sekarang Paul Mitchell mendapatkan pendapat sebesar Rp. 13 triliun per tahunnya.
Pelajaran: Kadang perlu untuk bermitra dengan orang yang mempunyai visi yang sama. Percaya dengan produk Anda sendiri dan jangan takut untuk ditolak.
4Steve Jobs
Sosok di balik semua gadgets kesayangan Anda sekarang, kesuksesan Steve tidak datang dalam semalam. Bahkan masa lalunya cukup menyedihkan. Steve lahir tanpa orang tua, lalu dia diadopsi oleh sebuah keluarga yang kurang mampu. Steve tidak pernah menamatkan kuliahnya, namun sebisa mungkin Ia meraih pengetahuan sebanyak-banyaknya dari kelas yang Ia ikuti. Steve juga sering tidur di lantai kamar temannya, mengumpulkan botol Coca-Cola untuk ditukar dengan uang, dan makan gratis seminggu sekali di kuil lokal.
Pada tahun 1976, Steve memulai awal perusahaan Apple Computers dengan Steve Wolzniak di garasi orang tuanya. Meski tidak mempunyai uang, Steve punya visi dan ide inovatif untuk mengubah dunia. Steve adalah alasan utama perusahaan Apple begitu sukses saat ini.
Pelajaran: Visi dan Inovasi itu penting.
3Ashish Thakkar
Ashish Thakkar baru berusia 12 tahun ketika dia dan keluarganya berhasil melarikan diri dari genosida Rwanda yang terjadi di tahun 1994. Setelah berlindung bersama dengan 1200 orang lainnya di sebuah hotel, mereka akhirnya dapat terbang keluar dari negaranya menuju Uganda. Orang tua Ashish kehilangan semua harta yang mereka tabung selama puluhan tahun.
Di umur 15 tahun, Ashish mendapatkan keuntungan pertamanya saat dia berhasil menjual sebuah komputer ke keluarga temannya. Dia lalu meminjam uang dari bank untuk mengimpor floppy disks dan produk komputer lainnya dari Dubai. Inilah awal dari perusahaan Mara Group. Lama kelamaan Ia membuka kantor sendiri di Dubai dan menjual produknya ke perusahaan-perusahaan di seluruh Afrika. Sejak saat itu Mara Group terus bertumbuh dan sekarang bisnisnya merangkup instrastruktur telekomunikasi, kemasan, hotel, pusat konferensi dan pusat perbelanjaan, pabrik kertas, dan ribuan hektar tanah pertanian.
Ashish juga dikenal sebagai pemuda yang selalu ingin tahu dan belajar dari orang lain. Ia juga mendorong dirinya untuk berkembang dengan terus membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Sebagai contoh: Saat perusahaannya mampu menghasilkan 30 ton kardus sebulan, Ashish mengunjungi perusahaan lain yang mampu membuat 3000 ton kardus.
Pelajaran: Jangan sombong, terus belajar dari yang lain dan banyak bertanya.
2Francois Pinault
Pinault sekarang adalah konglomerat di bidang fashion, tetapi pada satu waktu, Ia harus berhenti sekolah karena tidak tahan dibully oleh teman-temannya yang mengejek kemiskinannya.
Sebagai seorang pengusaha, Pinault dikenal untuk nya taktik ‘predator’nya, yang meliputi membeli perusahaan-perusahaan kecil dengan harga yang murah ketika pasarnya sedang jatuh. Dia secara perlahan akhirnya memiliki rumah mode high-end nya sendiri termasuk Gucci, Stella McCartney, Alexander McQueen, dan Yves Saint Laurent.
Pelajaran: Dia yang tertawa belakangan biasanya lebih sukses.
1Rajkumar Gupta
Rajkumar Gupta adalah pendiri dari Mukti Group. Dia juga adalah perintis dan pembuat konsep untuk arsitektur modern Kolkata, alhasil meluncurkan apartemen huni pertamanya pada tahun 1984. Sejak saat itu Mukti Group tumbuh menjadi pemain kunci di Bengal, mempunyai banyak pusat hiburan dengan multipleks, hotel internasional, lounge, restoran dan banyak lagi.
Terlahir di keluarga miskin, Rajkumar berhasil mendapatkan pekerjaan full-time di perusahaan kecil dengan gaji Rp.150.000,-/bulan. Ia lalu pindah ke perusahaan lain dan bekerja disana selama 5-6 tahun, mulai dari dasar dan belajar trik dagang sampai akhirnya Rajkumar sanggup membuka bisnisnya sendiri.
Setelah itu, Rajkumar menyewa sebuah rumah kecil satu kamar dimana Ia dan keluarganya bisa tidur meski harus bersesak-sesakan. Namun hal ini tidak menghentikan dia untuk berbuat baik demi orang lain. Ia rajin menyumbang dan terlibat dalam kegiatan sosial. Karena ini namanya menjadi dikenal banyak orang sehingga mereka tahu bahwa Rajkumar adalah orang yang jujur. Dan ketika mereka mendengar bahwa Rajkumar sedang pitching bisnis, mereka tidak ragu-ragu untuk menanamkan investasi padanya.
Pelajaran: Manfaatkan waktu di pekerjaan Anda sekarang untuk belajar. Jangan takut untuk hidup susah pada awalnya, dan jangan segan untuk memberi apa yang Anda punya jika itu dapat membantu orang lain.
Komentar
Posting Komentar